Galo-galo di rumah ambo

Kalo galo-galo indak ado di rumah ambo sajak dahulunyo, pasti sajo rumah ambo indak co iko jadinyo"


Kalimat di atas mungkin sangat wajar terlompat dari mulut orang yang rumahnya juga dijadikan rumah oleh sang galo-galo. Sebenarnya sih mereka bisa aja numpang di rumah kita, dengan beberapa catatan:
  1. Jangan membikin rumah di bagian yang terlihat dan jangan pernah menampakkan diri, apalagi ketika ada tamu
  2. Jangan merusak kayu (ini sepertinya bakalan susah begete ama si galo-galo)
  3. Jangan meribut sewaktu beterbangan (galo-galo: "mana mungkin brur...?)
Dari kecil (mungkin dari lahir kali yah...?), saya sudah mendapati gerombolan hewan ini telah eksis di rumah kami. Ya, rumah kayu sederhana yang kalau orang Minang menyebutnya "rumah gadang". Mungkin bukan karena ukurannya, tapi karena keagungannya (*hohoo...). Ups.. kembali ke galo-galo. Mereka memang suka hidup dan berumah tangga di bangunan-banugnan kayu.

Satu hal yang sepertinya sangat melekat dalam kepala saya tentang galo-galo ini adalah nasehat dari mendiang nenek saya sewaktu saya masih kecil:
Ang jan dakek-dakek bono ka galo-galo di... beko masuak e ka dalam talingo ang ghe..."

Apapun, galo-galo sepertinya perlu ditindaklanjuti (kalo tidak boleh dikatakan "dibasmi"). Mereka harus mengubah cara hidup mereka supaya lebih dapat diterima oleh manusia (galo-galo: "Manusialah yang seharusnya merubah cara hidup mereka supaya dapat menerima kami sebagai makhluk sebagaimana halnya manusia yang juga makhluk..."). Manusia: *gubrak...

Okelah galo-galo, kau boleh hidup dengan kami kalau memang itu yang sudah difirmankan oleh Tuhanmu...
Datanglah kemari... kalian sudah kami prediksi bakal hadir di sini, di rumah ini

fb comment box

0 comments:

Post a Comment

After you take a look and read, leaving a comment would be something appreciated. Yuk mari, diisi dong komennya...